Hingga kini belum diketahui secara pasti kapan kesenian ini diciptakan. Berdasarkan kenyataan bahwa Nganjuk memiliki sejarah yang cukup tua, upaya untuk mengetahui asal-usul Wayang Timplong akan terkait erat dengan perjalanan sejarah kota Nganjuk. Hal itu dibutuhkan untuk menghadirkan peluang-peluang interpretasi demi tercapaianya pemahaman tentang jenis wayang ini.
Ihwal penamaan Timplong belum diketahui hingga saat ini. Namun demikian penduduk setempat menyatakan bahwa mereka menduga istilah tersebut dipilih untuk menamai wayang kayu yang dimaksud, karena mengacu pada bunyi gambang bambu yang merupakan unsur melodis paling dominan dalam Iringan Timplong. Keterangan ini cukup masuk akal karena dalang-dalang Timplong umumnya juga berpendapat demikian. Jika suara gambang bambu yang diunakan dalam iringan Wayang Timplong diperhatikan, maka yang terdengar adalah bunyi ‘plong…plong…plong”
Ihwal penciptaan Wayang Timplong dimulai oleh Eyang Sariguna yang diyakini merupakan dalang Wayang Timplong pertama. Ia merupakan sorang prajurit Mataram yang pindah dari daerah Grobogan.
Menurut perkiraan, kedatangan Sariguna di Nganjuk terjadi pada sekitar pertengahan abad ke 18 hingga awal abad ke 19. Penciptaan Wayang Timplong oleh Eyang Sariguna dilakukan karena bahan yang mudah didapatkan untuk membuat wayang di daerah Nganjuk adalah kayu.
Wayang Timplong menggunakan iringan berlaras pelog dan cerita pokok yang digunakan adalah Cerita Panji.