Wayang Tablig ini diciptakan tahun 1982 oleh Achmad Pitoyo Kasi Kebudayaan Diknas Kabupaten. Tulungagung – Jawa Timur. Jumlah wayang 200 buah menggunakan punakawan Sabar dan Subur dengan mengambil sumber cerita tarekh atau sejarah Islam.
Seni Wayang Tablig memang tak seperti seni pewayangan kulit yang ada. Ia memiliki bentuk pakeliran yang lebih khas. Wayang didesain berjubah, dan berkafiyah. Di pinggangnya berselip sebilah pedang berukir kaligrafi. Bukan desain keris atau panah layaknya seni wayang Jawa. Para tokoh dalam pewayangan ini berjenggot panjang (pria)dan wanitanya berjelbab.
Cerita yang diangkat pun, kerap mengambil sejarah perjuangan Islam di masa lampau, khususnya risalah Kulafaur Rashidin. Tidak heran bila pertunjukan wayang tablig lebih sering bertutur tentang kegigihan para pejuang Islam. Termasuk mangangkat ketulusan hati empat sahabat Nabi dalam memperjuangkan tegaknya risalah Islam. Selain itu mengangkat pula tokoh suku Negroid Afrika, yaitu Bilal bin Rabah.tapi kemasannya masih tetap kental dengan etnik Jawa.
Cerita yang diangkat pun, kerap mengambil sejarah perjuangan Islam di masa lampau, khususnya risalah Kulafaur Rashidin. Tidak heran bila pertunjukan wayang tablig lebih sering bertutur tentang kegigihan para pejuang Islam. Termasuk mangangkat ketulusan hati empat sahabat Nabi dalam memperjuangkan tegaknya risalah Islam. Selain itu mengangkat pula tokoh suku Negroid Afrika, yaitu Bilal bin Rabah.tapi kemasannya masih tetap kental dengan etnik Jawa.
Piranti pengiring pergelaran, mengunakan gamelan Jawa. Begitu pakaian yang dikenakan dalang dan waranggananya adalah pakaian adat Jawa. Lengkap dengan beskap dan blangkon (lelaki)dan berkebaya bagi wanitanya. "Jadilah wayang Arab beraura Jawa, atau sebaliknya seni Jawa bernafas Arab.
Pembuatan wayang bernuansa keagamaan itu, berangkat dari kegelisahannya terhadap pergelaran wayang kulit kini yang hanya menonjolkan unsur hiburan semata. Bahkan, kerap para dalang dalam pergelarannya merusak pakem dan menonjolkan lelucon berbau porno.
Padahal, seni wayang yang diajarkan dari Sunan Kalijaga itu, memiliki unsur mendidik dan dakwah Islam. Mendidik hubungan antara manusia dan sang Khalik.
Pembuatan wayang bernuansa keagamaan itu, berangkat dari kegelisahannya terhadap pergelaran wayang kulit kini yang hanya menonjolkan unsur hiburan semata. Bahkan, kerap para dalang dalam pergelarannya merusak pakem dan menonjolkan lelucon berbau porno.
Padahal, seni wayang yang diajarkan dari Sunan Kalijaga itu, memiliki unsur mendidik dan dakwah Islam. Mendidik hubungan antara manusia dan sang Khalik.
Mengapa diberi mana wayang tablig? wayang adalah seni Jawa dan tablig berarti penyampai. "Penyampaiam itu dimaksudkan sebagai metode menyampaikan risalah. Istilah populernya disebut dakwah.
Dalam menuangkan gagasannya membuat wayang tablig, pada awalnya, Pitoyo hanya menggunakan kertas karton. Lantaran dari bahan kertas karton gampang rusak, maka ia pun memanfaatkan kulit. Ia kini telah memiliki koleksi tokoh wayang tablig itu sekitar 200 buah.
Untuk menjalin komunikasi yang cair dengan penonton, pergelarannya masih mengangkat tokoh punakawan, lazimnya wayang kulit. (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong), melainkan hanya dua (Sabar dan Subur).
Kendati belum terlalu memasyarakat, wayang tablig ini telah ikut menggairahkan kegiatan seni budaya. Warga Wonokromo, Tulungagung, mulai menampilkannya ketika sedang mempunyai hajat.
Republika, 25 januari 2001 hal.9
Untuk menjalin komunikasi yang cair dengan penonton, pergelarannya masih mengangkat tokoh punakawan, lazimnya wayang kulit. (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong), melainkan hanya dua (Sabar dan Subur).
Kendati belum terlalu memasyarakat, wayang tablig ini telah ikut menggairahkan kegiatan seni budaya. Warga Wonokromo, Tulungagung, mulai menampilkannya ketika sedang mempunyai hajat.
Republika, 25 januari 2001 hal.9