Pengertian Wayang Kulit Purwa Gaya Cirebon

Pengertian Wayang Kulit Purwa Gaya Cirebon

Wayang Kulit Cirebon, hidup dan berkembang bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di Cirebon yang dibawa para Wali. Berdasarkan sejarah (babad Cirebon), Pakeliran wayang Kulit pertama di Cirebon dilakukan oleh Sunan Panggung atau Sunan Kalijaga sebagai dalangnya diringi gamelan sekaten Cirebon. Dari pengaruh ajaran agama yang dibawa Wali Sanga   itulah sehingga muncul tambahan tokoh panakawan menjadi sembilan yakni : Semar, Curis, Bitarota, Ceblok, Dawala, Cungkring, Bagong, Bagal Buntung, dan Gareng. Kehadiran sembilan panakawan ini didasarkan pada lambang Wali Sanga, hal ini disebabkan masyarakat Cirebon percaya bahwa awal  keberadaan agama Islam di Indonesia  ini karena jasa-jasa para Wali Sanga. 

Dengan semakin eratnya hubungan maka antara pakeliran wayang kulit Cirebon dengan kehidupan masyarakatnya, seni lukis wayang cirebonpun ikut berkembang. Hal tersebut terjadi karena hasil seni lukis wayang tidak hanya dibutuhkan dalang sebagai alat pagelarannya, tetapi juga diminati oleh masyarakat penggemarnya untuk dipajang dan dinikmati keindahannya.

Pakeliran Wayang Cirebon sampai sekarang masih bertahan hidup walau perkembangannya sangat lamban. Kehiduan Wayang Cirebon ini tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat setempat untuk melaksanakan upacara-upacara adat antara lain:
  1. Sedekah Bumi, dengan menampilkan lakon Bumi Loka.
  1. Mapag sri, dengan menampilkan lakon Sri Sedana.
  1. Barikan, dengan menampilkan lakon Barikan.
  1. Nadran (sedekah laut) menampilkan lakon Budug Basu dll.
Pengaruh dari kondisi masyarakat yang demikian tersebut menimbulkan semakin besarnya minat masyarakat untuk mengapresiasi pakeliran wayang maupun seni lukis wayang sebagai imbasnya



Share this:

Related Posts
Disqus Comments