Wayang Kentrung, pernah berkembang di pesisir utara Jawa Tengah, dekat perbatasan Jawa Timur, terutama di Kabupaten Blora, Tuban dan Lamongan. Yang menjadi dasar cerita pada lakon-lakon yang dimainkan oleh dalang kentrung adalah Wayang Madya dan cerita Panji.
Dalang kentrung harus seorang yang serbabisa, karena sambil mendalang ia juga harus menabuh gamelannya yang terdiri atas kentrung, terbang, dan gen-jring. Semuanya dilakukannya seorang diri. Kentrung adalah semacam rebana biang (berukuran besar) sedangkan terbang adalah rebana berukuran kecil.
Pertunjukan dalang kentrung dilakukan tanpa peraga wayang. Sang dalang duduk bersila dikelilingi penontonnya. Alat-alat gamelan terletak di hadapannya.
Pada tahun 1990-an dalang kentrung sudah amat langka. Selain karena kemahiran dalang kentrung sukar dipelajari, ganerasi muda juga jarang yang mau belajar. Lagi pula, kehidupan dalang kentrung pada umumnya tidak sebaik kehidupan para dalang Wayang Kulit Purwa.