Pengertian Wayang Pancasila

Pengertian Wayang Pancasila

Bentuk peraga wayangnya boleh dibilang sama, paling tidak mirip sekali dengan Wayang Wahana atau Wayang Suluh. Wayang Pancasila direka oleh Suharsana Hadisusena, seorang pegawai Kementrian Penerangan di Yogyakarta, sekitar akhir dekade 1950-an
Jika pada Wayang Suluh atau Wayang Wahana bentuk peraga wayangnya dibuat realistik — hampir tidak distilir, maka bentuk peraga wayang Pancasila merupakan modifikasi bentuk peraga tokoh-tokoh Wayang Kulit Purwa. Tokoh ksatria dalam wayang itu, seolah diserupakan dengan tokoh-tokoh tentara dan pejuang, dengan ‘memberi’ baju hijau pada tokoh-tokoh ksatria Wayang Kulit Purwa, misalnya Bima dan Arjuna. Mereka bahkan ‘diberi’ pistol dan tanda pangkat. Dari segi keindahan seni kriya, peraga Wayang Pancasila seolah merusak keindahan seni kriya Wayang Kulit Purwa.
 Jendral Spoor, Panglima Tentara Pendudukan Belanda, dalam Wayang Pancasila diberi nama Senapati Rata Dahana. Rata adalah kereta, sedangkan dahana artinya api. Maksudnya sebagai karikatur sindiran, karena kata ‘spoor’ oleh orang Jawa diartikan sebagai kereta api.
Karena terlalu banyak mengemban misi penerangan dan kurang dimuati unsur tontonan, Wayang Pancasila tidak dapat berkembang dengan baik, bahkan sejak tahun 1951, boleh dibilang tidak lagi pernah dipergelarkan.

Share this:

Related Posts
Disqus Comments